Selamat Datang diblog Saya

Minggu, 02 Oktober 2016

GAMBARAN UMUM PENDUDUK JAWA TIMUR
Penduduk Jawa Timur menurut hasil sensus penduduk pada tahun 1980, 1990, 2000, dan 2010 berturut-turut berjumlah 29.188.852 jiwa, 32.503.815 jiwa, 34.765.998 jiwa dan 37.565.757 jiwa (Gambar 1). Jumlah penduduk Jawa Timur ini adalah ranking 2 terbanyak setelah Provinsi Jawa Barat. Penduduk terbanyak di Jawa Timur adalah di Kota Surabaya, disusul Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah di Kota Blitar, disusul Kota Mojokerto dan Kota Madiun.
Gambar 1. Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2035
Laju pertumbuhan penduduk selama periode 1980-1990, 1990–2000 dan 2000-2010 berturut-turut adalah 1,08 persen per tahun, 0,70 persen per tahun dan 0,76 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur ini lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1980-1990 sebesar 1,97 persen per tahun, periode 1990-2000 sebesar 1,45 persen per tahun, dan periode 2000-2010 yang sebesar 1,49 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk selama periode 2000-1010 tertinggi di Kabupaten Sidoarjo yaitu 2,211% pertahun, disusul Kabupaten Gresik 1,602% pertahun, dan Kabupaten Sampang 1,598% pertahun. Sedangkan Laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Kabupaten Lamongan (-0,022%), Kabupaten Ngawi (0,056%) dan Kabupaten Magetan (0,085%).
Tabel 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Timur Tahun 1980-
2010
Sumber Data Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
Sensus Penduduk 1980
Sensus Penduduk 1990
Sensus Penduduk 2000
Sensus Penduduk 2010 29.188.852 jiwa
32.503.815 jiwa
34.765.998 jiwa
37.565.757 jiwa 1,49
1,08
0,70
0,76
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Provinsi Jawa Timur menurut Sensus Penduduk tahun 2000 adalah 17.193.272 laki-laki dan 17.572.726 perempuan, sedangkan menurut Sensus Penduduk 2010 adalah 18.503.516 laki-laki dan 18.973.241 perempuan. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dinyatakan dengan suatu ukuran yang dikenal dengan Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio). Pada umumnya Rasio Jenis Kelamin dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Pada tahun 2000 Rasio Jenis Kelamin penduduk Jawa Timur adalah 97,8. Maksudnya, untuk setiap 100 perempuan di provinsi ini terdapat 97,8 laki-laki. Jumlah tersebut mendekati keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan bahwa setiap laki-laki mempunyai peluang yang besar untuk memiliki satu istri. Pada tahun 2010 Rasio Jenis Kelamin penduduk Jawa Timur adalah 97,5. Nampak terjadi penurun Rasio Jenis Kelamin. Ini berarti terjadi penurunan jumlah penduduk laki-laki, lebih banyak penduduk laki-laki yang bermigrasi ke luar wilayah Provinsi Jawa Timur.
Tabel 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Jawa Timur Tahun 2000
dan Tahun 2010
Kelompok
Umur Rasio Jenis Kelamin
Tahun 2000 Tahun 2010
0 – 14 th
15 – 64 th
65 th – keatas 105,5
97,2
76,7 105,3
97,6
73,8
Jumlah 97,8 97,5
Sumber: SP 2000 dan 2010
Bila dirinci menurut kelompok usia produktif dan tidak produktif, maka Sex Ratio pada kelompok umur dibawah 15 tahun adalah 105,3, kelompok umur produktif 97,6, dan sex ratio kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 73,8.
Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, kepadatan penduduk Jawa Timur adalah 781 jiwa per km persegi. Di antara Kabupaten/Kota paling padat adalah Kota Surabaya yaitu 8.355 jiwa per km persegi, disusul Kota Malang 7.457 jiwa per km persegi. Sementara Kabupaten/Kota paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kabupaten Pacitan 381 jiwa per km persegi, disusul Kabupaten Situbondo 392 jiwa per km persegi.
Keadaan ini mengindikasikan bahwa terjadi disparitas distribusi penduduk antar kabupaten/ kota. Dari 38 kabupaten/ kota, daerah yang berstatus sebagai kota menunjukkan kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang berstatus sebagai kabupaten. Boleh jadi daerah dengan tingkat perkembangan ekonomi yang baik akan menumbuhkan pemusatan penduduk ke daerah tersebut sebagai kawasan untuk kegiatan kehidupan mereka. Kondisi demikian mendorong penduduk untuk bermigrasi yang mengakibatkan kepadatan penduduk semakin besar.
Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan salah satu indikator demografi untuk mengetahui kualitas penduduk di suatu wilayah. Semakin rendah angka IMR menggambarkan semakin membaiknya kualitas penduduk. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Timur tahun 1990, 2000 dan 2010 terus mengalami penurunan. Jika tahun 1990 masih sebesar 64,0 per 1000 kelahiran hidup, maka tahun 2010 sebesar 29,9 per 1000 kelahiran hidup.
Tabel 3. Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Timur
Sumber Data Tingkat Kematian Bayi
Sensus Penduduk 1990
Sensus Penduduk 2000
Sensus Penduduk 2010 64,0
44,0
29,9
Sumber : Hasil Pengolahan BPS Jatim
Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur tahun 2012 sebesar 7,5% melampaui pertumbuhan ekonomi nasional 6,7%. Angka tersebut meningkat daripada tahun 2011 dimana pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 7,22% sedangkan nasional 6,5%. Angka kemiskinan di Jawa Timur juga terus mnurun. Ini artinya berbagai program penanggulangan kemiskinan di Jawa Timur memberikan hasil cukup signifikan. Pada 2005 terdapat 22,51% penduduk miskin di Jawa Timur, kemudian menurun menjadi 19,89% pada 2006. Persentase penduduk miskin menunjukkan kecenderungan terus menurun. Pada 2007, menjadi 18,89%, dan pada 2008 kembali menurun menjadi 16,97%. Akhirnya berdasarkan data dari BPS Pusat 2011, Penduduk miskindi Provinsi Jawa Timur tahun 2011 adalah sebesar 14,23% terdapat di Perkotaan sebesar 9,87% dan di Perdesaan sebesar 18,19%. Semetara persentase penduduk miskin nasional adalah sebesar 12,49%.
Penurunan kemiskinan tersebut seiring dengan itu terjadinya peningkatan TPAK dan penurunan pengangguran di Jawa Timur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Jawa Timur tahun 2007 sampai 2011 cenderung meningkat. Jika pada tahun 2007 sebesar 68,99, tahun 2008 sebesar 69,31, tahun 2009 sebesar 69,25, tahun 2010 sebesar 69,08 dan tahun 2011 sebesar 69,49. Sementara itu hasil pendataan Badan Pusat Statistik melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penganggur di Jawa Timur yang cukup berarti. Jika tahun 2007 sebesar 6,79%, tahun 2008 sebesar 6,42%, tahun 2009 sebesar 5,08%, tahun 2010 sebesar 4,25% dan tahun 2011 sebesar 4,16%.
Kondisi IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulaisebelum krisis sampai tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, pada tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 61,8. Kemudian pada tahun 2002 kembali mengalami kenaikan menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89 dimana posisi ini hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM tahun 2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi Jawa Timur dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu saja tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya.



0 komentar:

Posting Komentar














Categories

Unordered List

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget